Diesel fuel merupakan hasil proses distilasi terhadap crude oil, dengan cara memanaskan crude oil. Gambar berikut menunjukkan proses distilasi sehingga diperoleh diesel fuel. Crude oil dituangkan dari bagian atas tower pemisah dan dipanaskan pada bagian bawah. Akibat proses pemanasan tersebut diperoleh-lah berbagai tingkatan hasil distilasi berdasar boiling point yang berbeda.
Fuel yang digunakan pada diesel adalah light diesel Oil yang memiliki boiling point 240º C – 350º C dan dihasilkan dari proses distilasi setelah korosene. Fuel dari jenis light diesel oil ini sesuai dipergunakan untuk diesel engine kecil maupun besar kecepatan tinggi.
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada spesifikasi fuel adalah :
1. Specific Gravity.
Fuel dengan viskositas dan boiling point tinggi memiliki specific gravity yang lebih tinggi dari pada fuel dengan viskositas dan boiling point rendah. Pada temperatur konstan dan panjang langkah injeksi yang sama diperoleh jumlah bahan yang diijinkan lebih banyak dibanding dengan specific yang tinggi.
2. Flash Point.
Fuel dengan flash point rendah lebih mudah penyalaannya ( ignition ), perlu penanganan yang hati – hati terhadap fuel dengan point rendah. Flash point merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan bahan bakar.
3. Kandungan sulfur.
Kandungan sulfur pada fuel akan bereaksi dengan oksigen pada saat pembakaran sehingga menghasilkan Asam Sulfat ( Sulfuric Acid ).Asam sulfat ini akan bersifat korosif terhadap engine. Maksimum kandungan sulfur pada fuel 0.5 % dengan jadwal penggantian oli setiap 250 Hm. Bila kandungan sulfur pada fuel lebih tinggi dari 0.5 % maka jadwal penggantian oli harus dipercepat.
4. Pour Point.
Pour point menunjukkan temperatur terendah dimana fuel dapat mengalir ,bila pour point fuel tinggi maka akan mengakibatkan fuel sulit mengalir sehingga mengakibatkan kemampuan starting pada daerah dingin menjadi buruk .
5. Cetane Number.
Cetane number merupakan nilai yang menunjukkkan kemudahan pembakaran fuel.Cetane number sangat menentukan kemudahan start dan pembakaran. Cetane number rendah mengakibatkan pembakaran didalam mesin buruk karena bisa menimbulkan terjadinya pembakaran tunda / delay periode ( detonasi ), sulit start, pada temperatur rendah tercampurnya oli oleh fuel yang tidak terbakar sedangkan bila angka Cetane number tinggi bisa mengakibatkan pembakaran mudah terjadi sehingga bisa menyebabkan terjadi knocking pada ruang bakar.
6. Ash Content.
Ash pada fuel sebenarnya terdiri dari tiga tipe yaitu particle padat (solid particle),campuran garam inorganic (in organic salt solution) dan oli soluble organic. Rata–rata kandungan ash (ash content) pada fuel yang digunakan pada Diesel oil adalah 0.02–0.03 %.Kenaikan kandungan ash disebabkan oleh debu dan kotoran dari luar.
Masing–masing produk engine memiliki spesifikasi fuel yang dipersyaratkan dalam penggunaan. Gunakan spesifikasi fuel sesuai rekomendasi dalam mengoperasikan engine.
Cara Penanganan Fuel
Fuel harus ditangani secara hati – hati agar tidak terjadi kontaminasi terhadap air,debu, kotoran atau minyak tanah.Selain itu :
- Jangan menggunakan pompa dan hose bergantian untuk diesel fuel kerosene dan oli.
- Bila fuel disimpan dalam drum maka :
o Tempatkan drum terlindung dari sinar matahari atau panas langsung.
o Tumpuk drum pada posisi mendatar dan posisikan tutup drum tertutup oleh fuel (tutup
fuel pada posisi jam 3 atau jam 9).
- Gunakan fuel tank untuk penyimpanan fuel dalam skala besar dan pastikan adanya drain valve ( kran pembuangan ) untuk membuang endapan kototran atau air.
1 comments:
how about biodiesel mas ?
Post a Comment